بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
Bismillahirrahmanirrohim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih
Lagi Maha Penyayang
In the
name of Allah, Most gracious, most merciful
Ayat
1
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ
بِالدِّينِ
Ara-ayta alladzii yukadzdzibu biddiini
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Hast thou observed him who belieth religion
Ayat
2
فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
fadzaalika alladzii
yadu''u alyatiima
Itulah orang yang menghardik anak yatim
That is he who repelleth the orphan
Ayat
3
وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ
الْمِسْكِينِ
walaa yahudhdhu 'alaa
tha'aami almiskiini
Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin
And urgeth not the feeding of the needy
Ayat
4
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ
fawaylun
lilmushalliina
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat
Ah , woe unto worshippers
Ayat
5
الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ
سَاهُونَ
alladziina hum 'an
shalaatihim saahuuna
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya
Who are heedless of their prayer
Ayat
6
الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُون
alladziina hum
yuraauun
Orang-orang yang berbuat riya
Who would be seen ( at worship )
Ayat
7
وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
wayamna'uuna almaa'uuna.
Yet refuse small kindnesses!
Surat al-Ma’un terdiri dari 7
ayat. Diturunkan di Mekah dan termasuk surat Makiyah. Kata “al-Maun” diambil
dari ayat terakhir yang berarti barang berguna. Surat Al-Ma’un mempunyai
beberapa nama, yaitu : ad-Din (agama, pembalasan), at-Takdzib
(dusta/ kebohongan), al-Yatim (anak yatim), dan ara’aita (tahukah
kamu). Surat ini adalah wahyu ke-17 yang diterima Nabi Muhammad. Ia turun
setelah surat al-Takatsur dan sebelum al-Kafirun.
Surat
ini turun berkaitan dengan salah seorang kaum Kafir Mekah yang setiap minggu
menyembelih seekor unta. Suatu ketika, seorang anak yatim datang meminta
sedikit daging yang telah disembelih itu. Namun, ia tidak diberinya bahkan
dihardik dan diusir.
Menurut
al-Biqa’i, surat ini diturunkan sebagai peringatan bagi mereka yang mengingkari
datangnya hari kebangkitan. Karena pengingkaran terhadap hari kebangkitan
adalah sumber dari segala kejahatan. Dan akan mendorong manusia untuk melakukan
berbagai akhlak yang buruk dan melecehkan kebajikan.
Surat
al-Ma’un menjelaskan tentang beberapa bentuk sikap dan perbuatan yang dapat
digolongkan sebagai mendustakan agama. Perbuatan-perbuatan tersebut adalah :
a. Menghardik anak
yatim dan tidak mau menolong orang miskin yang sedang kelaparan. Mereka disebut
demikian karena menduga bahwa berbuat baik kepada anak yatim dan membantu orang
miskin tidak menghasilkan apa-apa. Ini berarti mereka mengingkari adanya hari
pembalasan. Padahal agama memerintahkan untuk percaya kepada datangya hari
pembalasan. Dan orang yang mengingkari adanya hari pembalasan biasanya akan
berlaku seenaknya. Dan perbuatan dosa telah menjadi teman hidupnya yang
berujung pada kerugian, baik untuk dirinya maupun orang yang ada di sekitarnya.
Dan pada akhirnya akan membuat kerusakan tatanan masyarakat yang lebih luas.
b. Mereka yang
melalaikan makna shalatnya. Yaitu mereka yang melaksanakan shalat hanya
bertujuan untuk riya’ dan mencari pujian orang lain. Perbuatan riya inilah yang
menyebabkan manusia kemudian menjadi sombong. Mereka lupa bahwa shalat adalah
ibadah yang bertujuan menghilangkan sifat sombong tersebut. Oleh karena itu
sifat riya digolongkan sebagai perbuatan syirik kecil, sebagaimana sabda Nabi
Saw :
اَخْوَفُ مَا اَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ، فَسُئِلَ عَنْهُ
فَقَالَ : الرِّيَاءُ
Artinya
:
“Sesuatu
yang sangat aku takutkan akan menimpa kalian ialah syirik kecil. Nabi lalu
ditanya apa itu syirik kecil, kemudian beliau menjawab : riya.” (HR. Ahmad)
Perbuatan
riya’ dikatergorikan sebagai syirik kecil karena di dalamnya mengandung sifat
takabur (sombong). Dan orang yang sombong adalah orang yang memuji dirinya
sendiri secara berlebihan. Sehingga meniadakan keberadaan Allah yang merupakan
sumber dari semua yang ia banggakan. Seakan-akan semuanya adalah hasil usahanya
sendiri bukan dari Allah.
Sebab
yang kedua sehingga seseorang dianggap telah melalaikan makna shalat adalah
enggan memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, yang
dimaksud dari kata al-Ma’un dalam ayat ini adalah bantuan yang kecil
sifatnya. Sehingga menurut beliau memberikan bantuan yang kecil saja mereka
enggan, apalagi bantuan yang besar. Alangkah kikirnya orang yang demikian.
Kedua
hal diatas merupakan tanda-tanda tidak menghayati makna dan tujuan shalat.
Karena sesungguhnya shalat berisikan doa (permohonan). Orang yang berdoa
berarti menyatakan dirinya lemah dan butuh bantuan. Oleh karena itu tidak
pantas bagi mereka yang shalat untuk berbuat riya’ dan enggan memberikan
bantuan kepada orang yang membutuhkan. Padahal mereka sendiri adalah
orang-orang yang membutuhkan pertolongan Allah. Sungguh orang yang seperti ini
tidak tahu diri. Sama-sama membutuhkan pertolongan namun tidak mau menolong
sesama yang membutuhkan.
Faedah
surat di atas
Pertama: Dalam ayat di atas anjuran untuk
memuliakan anak yatim, orang miskin.
Kedua: Menjaga shalat, dan selalu perhatian
padanya.
Ketiga: Perintah untuk ikhlas atas semua
pekerjaan.
Keempat: Anjuran untuk berbuat kebaikan sekecil
apapun.
Dengan demikian, semakin jelas
bahwa agama Islam menuntut kebersihan jiwa, kepedulian terhadap lingkungan
sekitar dan kerjasama antara sesama makhluk Allah. Karena tanpa itu semua,
mereka yang shalat pun akan dinilai sebagai orang yang telah mendustakan agama
dan mengingkari hari kebangkitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar