Jumat, 12 September 2014

Surat Al Ma'un | ٱلْمَاعُونَ Barang-barang yang Berguna ( The Neighborly Assistance )



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
Bismillahirrahmanirrohim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
In the name of Allah, Most gracious, most merciful
Ayat 1
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

Ara-ayta alladzii yukadzdzibu biddiini
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Hast thou observed him who belieth religion
Ayat 2
فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
fadzaalika alladzii yadu''u alyatiima
Itulah orang yang menghardik anak yatim
That is he who repelleth the orphan
Ayat 3
وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
walaa yahudhdhu 'alaa tha'aami almiskiini
Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin
And urgeth not the feeding of the needy
Ayat 4
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ
fawaylun lilmushalliina
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat
Ah , woe unto worshippers
Ayat 5
الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
alladziina hum 'an shalaatihim saahuuna
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya
Who are heedless of their prayer
Ayat 6
الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُون
alladziina hum yuraauun
Orang-orang yang berbuat riya
Who would be seen ( at worship )
Ayat 7
وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
wayamna'uuna almaa'uuna.

Dan enggan (menolong dengan) barang berguna
Yet refuse small kindnesses!

Surat al-Ma’un terdiri dari 7 ayat. Diturunkan di Mekah dan termasuk surat Makiyah. Kata “al-Maun” diambil dari ayat terakhir yang berarti barang berguna. Surat Al-Ma’un mempunyai beberapa nama, yaitu : ad-Din (agama, pembalasan), at-Takdzib (dusta/ kebohongan), al-Yatim (anak yatim), dan ara’aita (tahukah kamu). Surat ini adalah wahyu ke-17 yang diterima Nabi Muhammad. Ia turun setelah surat al-Takatsur dan sebelum al-Kafirun.
            Surat ini turun berkaitan dengan salah seorang kaum Kafir Mekah yang setiap minggu menyembelih seekor unta. Suatu ketika, seorang anak yatim datang meminta sedikit daging yang telah disembelih itu. Namun, ia tidak diberinya bahkan dihardik dan diusir.
            Menurut al-Biqa’i, surat ini diturunkan sebagai peringatan bagi mereka yang mengingkari datangnya hari kebangkitan. Karena pengingkaran terhadap hari kebangkitan adalah sumber dari segala kejahatan. Dan akan mendorong manusia untuk melakukan berbagai akhlak yang buruk dan melecehkan kebajikan.
            Surat al-Ma’un menjelaskan tentang beberapa bentuk sikap dan perbuatan yang dapat digolongkan sebagai mendustakan agama. Perbuatan-perbuatan tersebut adalah :
a.       Menghardik anak yatim dan tidak mau menolong orang miskin yang sedang kelaparan. Mereka disebut demikian karena menduga bahwa berbuat baik kepada anak yatim dan membantu orang miskin tidak menghasilkan apa-apa. Ini berarti mereka mengingkari adanya hari pembalasan. Padahal agama memerintahkan untuk percaya kepada datangya hari pembalasan. Dan orang yang mengingkari adanya hari pembalasan biasanya akan berlaku seenaknya. Dan perbuatan dosa telah menjadi teman hidupnya yang berujung pada kerugian, baik untuk dirinya maupun orang yang ada di sekitarnya. Dan pada akhirnya akan membuat kerusakan tatanan masyarakat yang lebih luas.
b.      Mereka yang melalaikan makna shalatnya. Yaitu mereka yang melaksanakan shalat hanya bertujuan untuk riya’ dan mencari pujian orang lain. Perbuatan riya inilah yang menyebabkan manusia kemudian menjadi sombong. Mereka lupa bahwa shalat adalah ibadah yang bertujuan menghilangkan sifat sombong tersebut. Oleh karena itu sifat riya digolongkan sebagai perbuatan syirik kecil, sebagaimana sabda Nabi Saw :
اَخْوَفُ مَا اَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ، فَسُئِلَ عَنْهُ فَقَالَ : الرِّيَاءُ        
            Artinya :
“Sesuatu yang sangat aku takutkan akan menimpa kalian ialah syirik kecil. Nabi lalu ditanya apa itu syirik kecil, kemudian beliau menjawab : riya.” (HR. Ahmad)
            Perbuatan riya’ dikatergorikan sebagai syirik kecil karena di dalamnya mengandung sifat takabur (sombong). Dan orang yang sombong adalah orang yang memuji dirinya sendiri secara berlebihan. Sehingga meniadakan keberadaan Allah yang merupakan sumber dari semua yang ia banggakan. Seakan-akan semuanya adalah hasil usahanya sendiri bukan dari Allah.
            Sebab yang kedua sehingga seseorang dianggap telah melalaikan makna shalat adalah enggan memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan.  Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, yang dimaksud dari kata al-Ma’un dalam ayat ini adalah bantuan yang kecil sifatnya. Sehingga menurut beliau memberikan bantuan yang kecil saja mereka enggan, apalagi bantuan yang besar. Alangkah kikirnya orang yang demikian.
            Kedua hal diatas merupakan tanda-tanda tidak menghayati makna dan tujuan shalat. Karena sesungguhnya shalat berisikan doa (permohonan). Orang yang berdoa berarti menyatakan dirinya lemah dan butuh bantuan. Oleh karena itu tidak pantas bagi mereka yang shalat untuk berbuat riya’ dan enggan memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Padahal mereka sendiri adalah orang-orang yang membutuhkan pertolongan Allah. Sungguh orang yang seperti ini tidak tahu diri. Sama-sama membutuhkan pertolongan namun tidak mau menolong sesama yang membutuhkan.
                        Faedah surat di atas
Pertama: Dalam ayat di atas anjuran untuk memuliakan anak yatim, orang miskin.
Kedua: Menjaga shalat, dan selalu perhatian padanya.
Ketiga: Perintah untuk ikhlas atas semua pekerjaan.
Keempat: Anjuran untuk berbuat kebaikan sekecil apapun.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa agama Islam menuntut kebersihan jiwa, kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan kerjasama antara sesama makhluk Allah. Karena tanpa itu semua, mereka yang shalat pun akan dinilai sebagai orang yang telah mendustakan agama dan mengingkari hari kebangkitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar