Lailatul Qadar adalah malam yang
agung. Malam penuh kemuliaan. Ibadah di dalamnya lebih baik daripada ibadah
selama seribu bulan. Barang Siapa yang mendapatkan kemuliaannya sungguh ia
manusia beruntung dan dirahmati. Sebaliknya, barang siapa yang luput dari
kebaikan di dalamnya, sungguh ia termasuk manusia buntung dan merugi.
Allah Swt Berfirman:
“Sesungguhnya kami telah
menurunkannya (Al Quran) itu pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah
malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin
RABB-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai
terbit fajar.”
TANDA-TANDA MALAM
LAILATUL QADAR
Tanda-tanda yang megiringi Lailatul
Qadar:
1. Kuatnya cahaya dan sinar pada malam
itu, tanda ini ketika hadir tidak dirasakan kecuali oleh orang yang berada di
daratan dan jauh dari cahaya.
2. Thama'ninah (tenang), maksudnya
ketenangan hati dan lapangnya dada seorang mukmin. Dia mendapatkan ketenanangan
dan ketentraman serta lega dada pada malam itu lebih banyak dari yang
didapatkannya pada malam-malam selainnya.
3. Angin bertiup tenang, maksudnya tidak
bertiup kencang dan gemuruh, bahkan udara pada malam itu terasa sejuk.
4. Terkadang manusia bisa bermimpi
melihat Allah pada malam itu sebagaimana yang dialami sebagian sahabat
radliyallah 'anhum.
5. Orang yang shalat mendapatkan
kenikmatan yang lebih dalam shalatnya dibandingkan malam-malam selainnya.
Tanda-tanda yang mengikutinya:
Matahari akan terbit pada pagi
harinya tidak membuat silau, sinarnya bersih tidak seperti hari-hari biasa. Hal
itu ditunjukkan oleh hadits Ubai bin Ka'b radliyallah 'anhu dia berkata:
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan kepada kami:
"Matahari terbit pada hari itu tidak membuat silau." (HR. Muslim)
Amalan di
Malam Lailatul Qodar Menurut Ajaran Rasulullah SAW
biasanya Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam ibadah seperti shalat,
membaca (Al-Qur’an) dan berdoa dalam sepuluh malam akhir di
bulan Ramadan melebihi ibadahnya di malam selain Ramadan.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dari Aisyah radhiallahu’anha sesungguhnya Nabi sallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Biasanya Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
memasuki sepuluh (malam terakhir) menghidupkan malamnya dan membangunkan
keluarganya serta mengencangkan kainnya (semangat beribadah dan menghindari
isterinya).”
1. Nabi sallallahu ‘alaihi wa
sallam menganjurkan untuk menunaikan qiyam pada Lailatul Qadar dengan
penuh keimanan dan penuh pengharapan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam sesungguhnya beliau
bersabda: “Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul
Qadar dengan iman dan harap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.” (Muttafaq ‘alaihi)
2. Perbanyak doa
3. pada malam ganjil di sepuluh malam
terakhir lebih besar kemungkinan dibandingkan malam lainnya.
Lalu beliau menjelaskan lebih rinci
lagi tentang waktunya dalam sabdanya,
تَحَرَّوْا
لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَان
"Carilah Lailatul Qadar pada
malam ganjil di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (HR. Al-Bukhari)
Yaitu malam-malam ganjil dari bulan
Ramadhan secara hakiki. Yakni malam 21, 23, 25, 27, dan 29. Lalu sebagian ulama
merajihkan (menguatkan), Lailatul Qadar berpiindah-pindah dari dari satu malam
ke malam ganjil lainnya pada setiap tahunnya. Lailatul Qadar tidak melulu pada
satu malam tertentu pada setiap tahunnya.
4. Perbuatan BID’AH tidak dibolehkan, baik di bulan Ramadan maupun selain
Ramadan. Bid’ah adalah amalan-amalan yang tidak pernah dilakukan oleh
Rasulullah SAW dan sahabat-sahabat beliau golongan pertama. Selain sia-sia,
amalan tersebut malah menimbulkan dosa besar!
Lalu Bagaimana Dengan Muslimah Yang
Sedang Berhalangan? Apakah malam lailatul qadar bisa diraihnya?
Juwaibir mengatakan bahwa dia pernah
bertanya pada Adh-Dhahak, “Bagaimana pendapatmu tentang wanita nifas, haid,
musafir, dan orang yang tidur; apakah mereka bisa mendapatkan bagian
dari lailatul qadar?” Adh-Dhahak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa
mendapatkan bagian. Setiap orang yang Allah terima amalannya akan mendapatkan
bagian lailatul
qadar”(Lathaif
Al-Ma’arif, hlm. 341)
Keterangan ini menunjukkan bahwa wanita haid,
nifas dan musafir tetap bisa mendapatkan bagian lailatul qadar.
Hanya saja, wanita haid dan nifas tidak boleh melaksanakan shalat. Untuk bisa
mendapatkan banyak pahala ketika lailatul qadar, wanita haid atau nifas
masih memiliki banyak kesempatan ibadah.
Di antara bentuk ibadah yang bisa
dilakukan adalah:
- Membaca Alquran tanpa menyentuh mushaf.
- Berzikir dengan memperbanyak bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah), dan zikir lainnya.
- Memperbanyak istigfar.
- Memperbanyak doa.
- Membaca zikir ketika lailatul qadar, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat dari Aisyah radhiallahu ‘anha, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam yang itu merupakan lailatul qadar, apa yang aku ucapkan?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ucapkanlah,
‘اللَّـهُـمَّ إنَّكَ
عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُـحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي’
(Ya Allah, sesungguhnya Engkau Dzat
yang Maha Pemaaf dan Pemurah maka maafkanlah diriku.)'” (Hadis sahih;
diriwayatkan At-Turmudzi dan Ibnu majah)