Jumat, 18 September 2015

Etika Silaturahmi



Salah satu aktivitas yang khas di bulan Syawal (khususnya di moment Idul Fithri) adalah saling bersilaturahmi dan bermaaf-maafan. Moment tersebut memang moment terbaik untuk saling mengunjungi, apalagi mengunjungi orang tua dan kerabat karena waktu senggang dan seluruh keluarga dekat bisa mudah ditemui adalah pada waktu tersebut. Dan sungguh saling mengunjungi silaturahmi ini memiliki keutamaan yang besar dari sisi pahala dan umur yang berkah, di samping dapat memupuk dan melagengkan kasih sayang.
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
Momentum hari raya pun. Sering pula dimanfaatkan untuk bercengkrama, mengenal lebih dekat satu sama lain. Nah, agar acara silaturahmi menyenangkan hendaknya tidak melewati batas-batas etika.
        1.     Saling Memperkenalkan Diri
Sekian lama tak jumpa, mungkin kita bertemu kerabat atau berkungjung ke tetangga yang kurang mengenal kita. Tak ada salahnya mengenalkan diri, mungkin dengan menyebut nama orang tua atau sekolah atau apapun yang bisa mengingatkan orang dengan kita.
        2.     Saling Memaafkan
Silaturahmi Lebaran identik dengan saling memaafkan serta melupakan segala permasalahan yang terjadi sebelumnya. Jadi, benar-benar hanya bergembiralah. Lupakan segala masalah.
        3.     Tidak Merepotkan
Saat silaturahmi sebaiknya antara tamu dan tuan rumah sudah saling mempersiapkan diri untuk berkunjung dan menerima kunjungan dari orang lain, supaya tidak merepotkan. Termasuk merepotkan adalah meminta oleh-oleh.
        4.     Menghargai Tuan Rumah
Caranya, kenakan pakaian yang pantas, berikan senyuman tulus, dan waktu kunjungan yang cukup. Tidak terlalu lama, juga tidak terburu-buru. Jangan mendominasi pembicaraan. Bagi anak-anak dan remaja, ajarkan untuk memberi salam terlebih dahulu pada yang lebih tua sebelum mengobrol dengan saudara sebaya.
        5.     Mencicipi Hidangan Seperlunya
Sudah pasti lebaran banyak suguhan. Cicipi seperlunya sebagai penghormatan bahwa kita pun doyan dengan sajian. Meski kue kampung yang terkesan ndeso sekalipun. Bahkan, tuan rumah senang sekali jika suguhannya dipuji. Tapi, sebaiknya jangan makan terlalu banyak. Apalagi bila bertemu dengan cemilan kesukaan kita. Fokuslah pada perbincangan, karena tahun depan belum tentu berjumpa lagi.
        6.     Jangan Mengungkit Masa Lalu
Hendaknya saat berkunjung ke rumah orang lain, tidak menyinggung perasaan atau mengungkit masa lalu yang bikin tersinggung. Bercanda tentang masa lalu yang lucu dan menyenangkan boleh, tapi jangan berlebihan.
        7.     Ucapan Terima Kasih
Jangan lupa mengucapkan terima kasih pada tuan rumah, karena sudah diterima dengan baik. Jika berkunjung ke acara open house, tidak ada salahnya untuk mengucapkan terima kasih keesokan harinya melalaui pesan singkat.
Itulah moment tepat menyambung silaturrahmi, banyak saudara dan keluarga yang berkunjung. Dan berikut adalah etika menyambut tamu
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa memberi makan saudara hingga kenyang dan memberinya minum hingga segar, maka Allah akan menjauhkannya dari neraka dengan tujuh parityang diantara dua parit itu perjalanan lima ratus tahun,” (HR Thabrani)
        1.     Dipercepat
Salah satu bentuk memuliakan tamu adalah dengan menyajikan makanan secepat mungkin. Seperti nasehat rasulullah “ Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.”
        2.     Paling Lezat
Jika kita memberi makan tamu, berikan makanan yang terbaik dan lezat yang kita punya, setidaknya tidak lebih buruk dari yang kita makan.
Begitu juga firman Allah, “Dan sesungguhnya utusan –utusan kami (malaikat-malaikat)telah datang kepada ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan “selamat”. Ibrahim menjawab “selamatlah” maka kemuidian ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.” (Qs Huud (11):69).
        3.     Menu Terbaik
Lalu, menu apa yang kita dahulukan?
Pertama, adalah buah, jika memang kita memilikinya. Disebutkan dalam Alquran, “Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih” (Qs Al Waqi’ah (56):20) Imam Ghazali menjelaskan, urutan itu lebih tepat karena cepat proses pencernaan. Setelah buah-buahan maka kemudian boleh menyajikan daging dan roti dicampur kuah.
       4.     Doa Khusus Tamu
Perlu dicatat, ketika tamu baru saja menyelesaikan makanan, jangan buru-buru diambil piringnya. Tunggu dulu beberapa saat, setidaknya menunggu tamu mengangkat tanganya dar makanan tersebut.
Tidak hanya tuan rumah yang disunnahkan menghormati tamu. Tamupun dinasehati agar berlaku baik dan mendoakan. Doa tersebut : “Allahumma baarik lahum fiimaa razaqtahum waghfir lahum war hamhum.” Artinya “ Ya Allah, berkahilah mereka rezeki yang telah Engkau anugerahkan Kepada mereka, ampunilah bagi mereka dan kasihanilah mereka”. (HR Muslim).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar