Sebagai umat muslim, kita menyakini
selain manusia ada beberapa hewan yang telah dijanjikan sebagai penghuni surga.
Cerita-cerita ini memang telah lama ada, dan di ceritakan sejak zaman nabi pada
dahulu kala. Didalam kitab daqoiqul Akbar Fii Dzikkril Jannati Wannar, karya imam Abdirrahman bin Ahmad Al Qadhiy
juga disebutkan bahwa ada sepuluh hewan yang nantinya menjadi penghuni surga.
Hewan apa sajakah itu?
1. Untanya Nabi Muhammad SAW
Saat itu
kami bersama Nabi besar Muhammad SAW tengah berada dalam sebuah peperangan.
Tiba-tiba datang seekor unta mendekati beliau, lalu unta tersebut berbicara.
"Ya
Rasulullah, sesungguhnya si fulan (pemilik unta tersebut) telah memanfaatkan
tenagaku dari semenjak muda hinga usiaku telah tua seperti sekarang ini. Kini
ia malah hendak menyembelihku. Aku berlindung kepadamu dari keinginan si fulan
yang hendak menyembelihku."
Setelah
mendengar pengaduan sang unta, kemudian Rasulullah SAW memanggil sang pemilik
unta dan hendak membeli unta tersebut dari pemiliknya. Orang itu malah
memberikan unta tersebut kepada beliau. Unta itu pun dibebaskan oleh Nabi kami
Muhammad SAW. Juga ketika kami tengah bersama Muhammad SAW, tiba-tiba datang
seorang Arab pedalaman sambil menuntun untanya. Arab baduy tersebut meminta
perlindungan karena tangannya hendak dipotong, akibat kesaksian palsu beberapa
orang yang berkata bohong. Kemudian unta itu berbicara dengan Nabi kami
Muhammad SAW.
"Wahai
Rasulullah, sesungguhnya orang ini tidak bersalah. Para saksi inilah yang telah
memberikan pengakuan palsu karena mereka telah dipaksa. Sebenarnya pencuriku
adalah seorang Yahudi."
2. Untanya
Nabi Saleh
Dikisahkan
bahwa Nabi di tantang kaum tsamud untuk menunjukkan mukjizat sebagai tanda
kenabiannya. Salah seorang Kaum Tsamud berkata: “Coba kamu keluarkan seekor
unta dari batu besar itu,” katanya sambil menunjuk ke arah sebuah batu besar
sambil tersenyum sinis. Mereka juga telah menerangkan sifat-sifat unta yang
dikehendaki. Kaum Tsamud cukup yakin bahwa Nabi Saleh tidak mampu memenuhi
permintaan mereka itu. Sebaliknya Nabi Saleh menjawab dengan tenang.
“Baiklah,
jika aku dapat memenuhi permintaan kalian, apakah kamu akan beriman kepada Allah
dan menerima ajaranku? Apakah kamu akan mengaku bahwa aku adalah utusan
Allah?”
“Baiklah,
kami akan beriman kepada Allah dan akan menerima segala ajaran kamu,” jawab
mereka.
Lantas nabi
Shaleh menunaikan solat kemudian berdoa kepada Allah agar mengabulkan permintaannya
seperti yang dituntut oleh kaum Tsamud. Allah Maha Berkuasa. Dengan sekejap
mata Allah telah mengkabulkan doa Nabi Saleh. Batu besar yang ditunjuk tadi
telah terbelah, Lalu keluarlah seekor unta betina yang besar dan luar biasa
indahnya. Unta itu mempunyai semua sifat yang disebutkan oleh kaum Tsamud yaitu
gemuk, sehat dan bagus sekali. Unta itu juga mempunyai air susu yang tidak ada
habis-habisnya. Sehingga tercenganglah semua kaum Tsamud yang melihat
kejadian itu. Sebagian daripada mereka mulai mengakui kenabian Nabi Saleh.
Salah satunya adalah seorang pemimpin kaum Tsamud yang bernama Junda bin Amru.
Akan tetapi, sebagian yang lain masih enggan beriman. Sebagai balasanya Allah
menurunkan azab kepada kaum Tsamud.
3. Ikan Yang Memakan Nabi Yunus
Suatu ketika
Nabi Yunus AS menaiki kapal yang dipenuhi penumpang dan muatan. Ketika mereka
berada di tengah-tengah lautan kapal itu miring dan hampir tenggelam karena
kelebihan muatan. Pada saat itu mereka harus mengambil keputusan antara tetap
berada di kapal semuanya dengan resiko mengalami kebinasaan; atau mengurangi
muatan (barang) agar kapal itu menjadi ringan dan menyelamatkan
sisanya. Namun pada akhirnya mereka memilih jalan yang terakhir setelah
menemui kesepakatan di antara mereka. Kemudian mereka melakukan pengundian dan
sejumlah penumpang terkena undian tersebut termasuk di antaranya Nabi Yunus AS,
sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
“ kemudian
ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian.”
(Ash-Shaffat: 141).
Nabi Yunus
kemudian dilempar kelaut dan ditelan seekor ikan besar akan tetapi ikan
tersebut tidak sampai mematahkan tulangnya dan merobek dagingnya. Ketika
Nabi Yunus AS berada di dalam perut ikan, maka dalam keadaan gelap (dalam perut
ikan) ia berkata.
“Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku
adalah termasuk orang-orang yang zhalim.” (Al-Anbiya’: 87).
Kemudian
Allah SWT memerintahkan kepada ikan itu supaya memuntahkan Nabi Yunus AS di
daerah yang tandus. Nabi Yunus AS keluar dari perut ikan tersebut bagaikan
anak burung yang baru keluar dari telur (baru menetas) karena saking lemahnya.
Kemudian Allah Ta’ala mengasihinya dan menumbuhkan sebuah pohon dari jenis pohon
labu baginya, dimana pohon itu meneduhinya, sehingga ia kuat kembali. Lalu
Allah SWT memerintahkan Nabi Yunus AS supaya kembali ke pada kaumnya yang tidak
mau beriman kepada Allah SWT, agar ia mengajari dan menyeru mereka. penduduk
negeri itu memenuhi seruannya yaitu beriman kepada Allah SWT, sehingga Kami
karuniakan kepada mereka kenikmatan hidup dalam batas waktu tertentu.
4. Anjingya
Ashabul Kahfi
Anjing ini
setia menemani dan menjaga ke tujuh pemuda ashabul kahfi yang “ditidurkan”
Allah selama lebih dari 300 tahun. Anjing itu sudah mati ketika ketujuh pemuda
itu bangun dari tidur. Menurut salah satu riwayat bahwa anjing tersebut
berwarna kuning, di surga bentuknya berubah menjadi kambing gibas. Ia
bernama Qithmir, ada yang mengatakan bernama Tawarum dan ada yang mengatakan
bernama Huban.
5. Anak
Sapinya Nabi Ibrahim
“Sudahkah
sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat)
yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:
"Salaama". Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah orang-orang
yang tidak dikenal." Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya,
kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka.
Ibrahim lalu berkata: "Silahkan anda makan." (Tetapi mereka tidak mau
makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata:
"Janganlah kamu takut", dan mereka memberi kabar gembira kepadanya
dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).” (QS. Adz Dzariyat: 24-30)
6. Burung Hud-Hud Nabi Sulaiman
Pada suatu
ketika, Nabi Sulaiman mengumpulkan dan memeriksa seluruh pengikut-pengikutnya
baik dari kalangan manusia, jin dan binatang, termasuk burung-burung.
Berdasarkan pemeriksaannya, Nabi tidak melihat burung hud-hud. Karena
ketidakhadiran burung hud-hud tersebut, beliau berjanji akan mengazabnya dengan
azab yang keras, atau bahkan menyembelihnya. Rupanya, tidak lama kemudian
burung hud-hud datang menghadap Nabi Sulaiman. Burung hud-hud menjelaskan
perihal keterlambatannya karena mencari berita tentang adanya seorang wanita
yang menjadi pemimpin suatu negara dan dianugerahi segala sesuatu serta
mempunyai singgasana yang besar. Atas berita yang dibawa oleh burung
hud-hud tersebut, akhirnya Nabi Sulaiman mengunjungi kerajaan Saba yang
dipimpin oleh ratu Balqis yang akhirnya masuk Islam dengan dakwah Nabi
Sulaiman. Kisah tersebut diabadikan dalam Qur’an Surat An-Naml ayat
22-23.
Kisah tersebut menggambarkan burung hud-hud (sebagai anak buah) yang mempunyai
kecerdasan dan kecemerlangan berpikir sehingga pengembaraannya dalam mencari
makanan (nafkah) tidak semata untuk tujuan duniawi melainkan untuk penyebaran
agama. Burung hud-hud, di antara waktunya, memanfaatkan kesempatan mencari
berita dan kabar suatu kaum karena ia berkeinginan untuk menyampaikan risalah
Islam kepada mereka. Melalui presentasi burung hud-hud yang gemilang serta
keberanian dalam mengemukakan uzur (keterlambatan), Nabi Sulaiman dapat
mengajak kaum Saba untuk mentauhidkan Allah.
7. Kambing Gibasnya Nabi Ismail
Nabi Ibrahim
yang dikatakan memiliki kekuatan 40 kali manusia biasa, dengan pisau yang
tajam, maka menyembelih anaknya (Ismail) dan Allah melihat kepatuhan
Ibrahim. Maka Allah mengirimkan malaikat Jibril untuk menggantikan posisi
Ismail dengan kambing gibasy yang gemuk, dengan sekejab saja, ternyata yang
putus kepalanya adalah kepala kambing gibasy itu dan Ismail pun diselamatkan
oleh Malaikat Jibril atas perintah Allah SWT. Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar, Wa Lillaahi Hamd. Dari peristiwa itu telah menjadi syari’at ummat
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam untuk melaksanakan ibadah
qurban...
8. Semutnya Nabi Sulaiman
Dan
dikumpulkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka
itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di
lembah semut berkatalah seekor semut.
“Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”
Maka Nabi
Sulaiman tersenyum dengan tertawa karena mendengar perkataan semut itu.
Katanya.
“Ya Rabbi,
limpahkan kepadaku kurnia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; karuniakan padaku hingga
boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh.” (An-Naml:
16-19)
Menurut
sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor
semut.
“Wahai
semut! Berapa banyak engkau memperoleh rezeki dari Allah dalam waktu satu
tahun?”
“Sebesar
biji gandum,” jawabnya.
Kemudian,
Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah
botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si
semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebagian biji gandum
itu.
“Mengapa
engkau hanya memakan sebagian dan tidak menghabiskannya?” tanya Nabi
Sulaiman.
“Dahulu aku
bertawakal dan pasrah diri kepada Allah,” jawab si semut.
“Dengan
tawakal kepada-Nya aku yakin bahwa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku
berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada
tahun berikutnya sehingga bisa memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan
lupa kepadaku. Karena itu, aku harus tinggalkan sebagian sebagai bekal tahun
berikutnya.”
9. Sapinya
Nabi Musa
Tatkala Nabi
Musa menyampaikan cara yang diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya ia
ditertawakan dan diejek karena akal mereka tidak dapat menerima bahwa hal yang
sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah telah berkali-kali
menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan kepada Musa bahkan
terkadang lebih hebat dan lebih sulit untuk diterima oleh akal manusia berbanding
mukjizat yang mereka hadapi dalam peristiwa pembunuhan pewaris
itu. Kemudian berkata mereka kepada Musa secara mengejek:
"Apakah
dengan cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami
bahan ejekan dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yang engkau
usulkan itu adalah wahyu, maka cobalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau
jantankah yang harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna
kulitnya agar kami tidak salah memilih sapi yang harus kami sembelih?"
Maka Nabi
Musa pun menjawab dengan berkata:
"Menurut
petunjuk Allah, yang harus disembelih itu ialah sapi betina berwarna kuning
tua, belum pernah dipakai untuk membajak tanah atau mengairi tanaman, tidak
cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian
dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yang
dimaksudkan itu dan akhirnya diketemukannya pada seorang anak yatim piatu yang
memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi
satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir
miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun. Pada saat mendekati waktu wafatnya,
Dia berdoa kepada Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya karena
tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka
berkat doa ayah yang soleh itu terjual sapi si anak yatim itu dengan harga yang
berlipat ganda karena memenuhi syarat dan sifat-sifat yang diisyaratkan oleh
Musa untuk disembelih.
Setelah
disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi
Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia dan hidup
kembali dengan izin Allah. Diapun menceritakan kepada Nabi Musa dan para
pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya
sendiri.
10. Khimarnya Nabi Uzair
Uzair bangun
dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai memandang
apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia
mengingat-ingat bahwa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke desa
lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya. Matahari
bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di waktu
Dzuhur. Uzair berkata dalam dirinya: Aku tertidur cukup lama. Barangkali
sejak Dzuhur sampai Maghrib. Malaikat yang diutus oleh Allah SWT
membangunkannya dan bertanya:
"Berapa
lama kamu tinggal di sini?"
Malaikat
bertanya kepadanya:
"Berapa
jam engkau tidur?"
Uzair
menjawab:
"Saya
tinggal di sini sehari atau setengah hari."
Malaikat
yang mulia itu berkata kepadanya:
"Sebenarnya
kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya."
Engkau tidur
selama seratus tahun. Allah SWT mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau
mengetahui jawaban dari pertanyaanmu ketika engkau merasa heran dari
kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang mati. Uzair merasakan keheranan
yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan
al-Khaliq (Sang Pencipta). Malaikat berkata sambil menunjuk makanan
Uzair:
"Lihatlah
kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah."
Uzair
melihat buah tin itu lalu ia mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak
berubah dan rasanya pun tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun tetapi
bagaimana mungkin makanan itu tidak berubah? Lalu Uzair melihat piring yang di
situ ia memeras buah anggur dan meletakkan di dalamnya roti yang kering, dan ia
mendapatinya seperti semula di mana minuman anggur itu masih layak untuk
diminum dan roti pun masih tampak seperti semula, di mana kerasnya dan keringnya
roti itu dapat dihilangkan ketika dicampur dengan perasan anggur. Uzair
merasakan keheranan, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi sementara perasan
anggur itu tetap seperti semula dan tidak berubah. Malaikat merasa bahwa
seakan-akan Uzair masih belum percaya atas apa yang dikatakannya. karena itu,
malaikat menunjuk keledainya sambil berkata:
"Dan
lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang-
belulang)."
Uzair pun
melihat ke keledainya tetapi ia tidak mendapati kecuali tanah dari
tulang-tulang keledainya. Malaikat berkata kepadanya:
"Apakah
engkau ingin melihat bagaimana Allah SWT membangkitkan orang-orang yang mati?
Lihatlah ke tanah yang di situ terletak keledaimu."
Kemudian
malaikat memanggil tulang-tulang keledai itu lalu atom-atom tanah itu memenuhi
panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan bergerak dari setiap arah
lalu terbentuklah tulang-tulang. Malaikat memerintahkan otot-otot saraf daging
untuk bersatu sehingga daging melekat pada tulang-tulang keledai. Sementara
itu, Uzair memperhatikan semua proses itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan
tumbuh di atasnya kulit dan rambut. Alhasil, keledai itu kembali seperti
semula setelah menjalani kematian. Malaikat memerintahkan agar roh keledai itu
kembali kepadanya dan keldai pun bangkit dan berdiri. Ia mulai mengangkat
ekornya dan bersuara. Uzair menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah SWT
tersebut terjadi di depannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah SWT yang
berupa kebangkitan orang-orang yang mati setelah mereka menjadi tulang belulang
dan tanah. Setelah melihat mukjizat yang terjadi di depannya, Uzair
berkata:
"Saya
yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
Uzair
bangkit dan menunggangi keledainya menuju desanya. Allah SWT berkehendak untuk
menjadikan Uzair sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya kepada masyarakat dan
mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari
kiamat. Uzair memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya
melihat perubahan yang terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan
sudah berubah, begitu juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya. Tak seorang
pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun tidak mengenali
mereka. Uzair meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun
dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah
menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah hancur dan jalan-jalan
pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.